12/04/10

TEROR “My name is Khan, i’m not terrorist”



My name is khan, i’m not terorist..merupakan film yang dibintangi oleh artis india yang terkenal yaitu shahrukh khan yang berpasangan dengan kajool. Film ini menceritakan tentang perjuangan seorang muslim india yang bernama rizwan khan (diperankan oleh shahrukh khan) dalam mencitrakan islam di negara amerika.
Film dimulai saat seorang anak, Rizwan Khan kecil (Tanay Chheda), seorang muslim yang mengidap sindrom Asperger, hidup bersama ibunya (Zarina Wahab) di wilayah Borivali di Mumbai. Saat ia dewasa (Shahrukh Khan), Rizwan pindah ke San Fransisco dan hidup bersama adik dan iparnya. Selama disana, ia jatuh cinta kepada janda beranak 1 yang bernama Mandira (kajol). Mereka menikah dan memulai usaha salon.


Setelah peristiwa 9/11, Rizwan dan Mandira mulai menghadapi beberapa kesulitan. Dimulai dari sebuah tragedi meninggalnya anak mandira, mereka berpisah. Ingin kembali memenangkan hati istrinya, Rizwan melewati sejumlah petualangan diberbagai negara bagian di Amerika.
Secara sekilas film ini tidak seperti film-film india yang lain. Kalau film-film india biasanya mengedapankan nyanyian dan tarian, dalam film ini setidaknya hanya ada 2 adegan tarian dan nyanyian. Alur cerita film yang dipenuhi romantika kehidupan cinta dan perjuangan, seolah-olah bisa membius penonton film ini untuk ikut merasakan alur yang disajikan. Alur yang ada seolah-olah bisa mengaduk-aduk perasaan penonton yang berada di depan layar bioskop, TV, laptop dsb ketika menikmati film ini.
Namun, sebagai seorang muslim harap waspada dengan ‘pesan-pesan’ tersembunyi yang terkandung dalam film ini. Secara garis besar film ini amat kental sekali dengan pesan-pesan pluralisme agama. Dalam adegan saat khan kecil dinasehati oleh ibunya, bunyi nasehat tersebut,” remember one thing, in this world there are only two kind of people. people who does good things, and bad who does bad things, that's the only difference between human.nothing else”.
Dari kalimat yang diucapkan oleh ibunya rizwan, dapat diambil kesimpulan bahwa di dunia ini hanya ada 2 jenis manusia, yaitu manusia baik yang akan melakukan kebaikan dan manusia buruk yang akan melakukan keburukan. Tidak peduli apapun agamanya. Pertanyaannya, kebaikan dan keburukan yang dimaksud berdasarkan standard apa? Standard apakah yang dipakai ketika menilai bahwa ini adalah orang baik yang melakukan kebaikan dan ini adalah orang jahat yang melakukan keburukan. Dari penggalan “nasehat’ diatas jelas sekali bahwa tiada standard yang jelas dalam menilai perbedaan orang baik dan jahat. Selain itu ada upaya penyamaan agama dalam film ini, Hal ini akan tampak dalam Penggalan dialog antara rizwan dan ibunya berikut ini.
“tell me who is hindu and muslim among them??”tanya ibunya.
“They both look same..”,jawab rizwan kecil.
Ungkapan diatas adalah ungkapan yang menyamakan antara agama islam dan agama hindu. Seolah-olah “no difference betwen moslem and hinduism”. Dalam hal penyamaan agama, “moyangnya” orang india yaitu mahatma gandhi pernah mengatakan,”Setelah mempelajari lama dan saksama serta melalui pengalaman, saya sampai pada kesimpulan: 1. semua agama itu benar 2. semua agama memiliki beberapa kesalahan di dalamnya 3. semua agama itu bagi saya sama berharganya sebagaimana agama saya sendiri, hindu”. Menurut Gandhi, agama adalah ibarat jalan yang berbeda-beda, namun menuju titik yang sama.
Menurut fatwa MUI pluralisme didefinisikan sebagai suatu faham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif. Oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain adalah salah
.

Dalam adegan lain, yaitu saat rizwan besar hendak sholat di suatu masjid, namun dia mengurungkan niat mau sholat disebabkan mendengar ceramah dari salah seorang penceramah yang dia nilai salah karena tidak sesuai dengan ajaran islam yang damai. Padahal isi ceramahnya tentang pembelaan umat islam terhadap saudara-saudara muslim di palestina dan india yang sedang mengalami kedzaliman besar, ditindas oleh orang-orang kafir.
Ada ungkapan yang diucapkan oleh salah seorang artis dalam agedan tsb, ungkapan tsb berbunyi “God’a way is way of love”. Ungkapan ini sama persis dengan ungkapan Ketua theosofishe Vereeniging Hindia Belanda, D. Van Hinloopen Labberton, pada majalah Theosofi bulan Desember 1912,“kemajuan manusia itu dengan atau tidak dengan agama? Saya kira, bila beragama tanpa alasan dan bila beragama tidak dengan pengetahuan agama yang sejati, mustahil bisa maju batinnya. Tidak usah peduli agama apa yang dianutnya. Sebab, yang disebut agama itu sifatnya : cinta pada sesama, ringan memberi pertolongan, dan sopan budinya. Jadi, yang disebut agama yang sejati itu bukannya perkara lahir, tetapi perkara dalam hati, batin”. Sepintas, ajaran-ajaran itu tampak indah, padahal itu sebenarnya racun halus yang secara perlahan membentot keimanan seorang muslim. Seorang muslim yang menganut paham semacam ini akan tidak terlalu peduli tehadap konsep-konsep teologis agamanya sendiri, demi tujuan “persaudaraan” kemanusiaan. sebagai umat islam tentu harus menolak faham ini. jika semua agama dianggap sama, kenapa nabi muhammad berdakwah mengajak kaum kafir untuk memeluk islam. jika semua agama adalah sama, tentunya nabi Muhammmad tidak perlu susah-susah untuk mengajak kaum kafir masuk islam. Buya hamka menagatakan bahwa orang yang mengatakan bahwa semua agama itu sama dan benar, sebenarnya tidak beragama. logikanya, jika semua agama sama, buat apa ia beragama? faham ini sangat berbahaya dan menyesatkan. Dalam tatanan teologis, Islam memiliki konsep “ekslusif” dan tegas. Hanya islam yang benar, yang lain adalah salah, kafir dan sesat. Hanya islam jalan keselamatan, hanya islam yang bisa masuk surga. Hal ini sesuai dengan ayat Al-Qur’an (Ali-Imron : 19, Al-Imron:85, Al-bayyinah:6, Al-Maidah 72-73).
Film ini secara implisit menunjukkan bahwa islam itu hanya sebagai agama ritual saja. dalam adegan sholat di lapangannya rizwan hal itu akan tampak sekali pesan tsb. Seolah-seolah para penonton diberi pemahaman bahwa sebagai seorang muslim boleh menikah dengan orang non-muslim, selama tidak meninggalkan sholat. Padahal islam adalah agama yang sempurna, yang mencangkup seluruh aspek kehidupan, bukan hanya sebagai agama ritual saja, namun juga sebagai idologi, peradaban, sistem pemerintahan dsb. Wacana bahwa islam hanya sebagai agama ritual merupakan wacana untuk melemahkan islam. Hal ini pernah dikatakan oleh seorang orientalis terkemuka zaman penjajahan Belanda yaitu Snouck Hurgronye,”musuh kolonialisme bukanlah islam sebagai agama ritual. Sebab islam sebagai agama ritual hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan diri sendiri, sehingga tidak akan menghasilkan implikasi perjuangan politik seperti mengusir penjajah”.
Jika diamati isi film dengan judul “my name is khan, i’m not terorits”. Sekali lagi, secara halus film ini mencoba memasukkan definisi islam yang lain. Menurut film ini islam itu boleh nikah dengan agama lain, boleh berdo’a bersama dengan agama lain, yang penting perbuatan kita baik menurut manusia maka kita bisa melakukan apapun. Itulah islam yang damai dan benar menurut film ini.
Jika menolak pluralisme, menolak beda agama, menolak do’a bersama dengan agama lain bukan termasuk golongan umat islam, tetapi TERRORIST.
Hati-hati dan waspada dengan film “my name is khan, i’m not terrorist”. Film yang sarat dengan propaganda sekularisme, pluralisme, dan liberalisme. Sebuah mega proyek yang sedang dilancarkan secara sistematis oleh para musuh-musuh islam untuk merusak pemikiran umat islam. Jika pemikiran umat islam sudah rusak, maka umat islam akan mudah untuk dihancurkan.



Referensi:
Al-Qur’anul karim
www.cinema21.com
Husaini, Dr Adian. 2002.”Penyesatan opini : sebuah rekayasa mengubah citra”. Jakarta:Gema insani
Husaini, Dr Adian. 2005.”Pluralisme agama : HARAM”. Jakarta:Pustaka Al-Kautsar
Zarkasyi, Hamid Fahmi. 2007. “Liberalisasi Pemikiran Islam”. Ponorogo : CIOS
Jurnal ISLAMIA Vol.V no.2

0 komentar:

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP