12/04/10

TEROR “My name is Khan, i’m not terrorist”



My name is khan, i’m not terorist..merupakan film yang dibintangi oleh artis india yang terkenal yaitu shahrukh khan yang berpasangan dengan kajool. Film ini menceritakan tentang perjuangan seorang muslim india yang bernama rizwan khan (diperankan oleh shahrukh khan) dalam mencitrakan islam di negara amerika.
Film dimulai saat seorang anak, Rizwan Khan kecil (Tanay Chheda), seorang muslim yang mengidap sindrom Asperger, hidup bersama ibunya (Zarina Wahab) di wilayah Borivali di Mumbai. Saat ia dewasa (Shahrukh Khan), Rizwan pindah ke San Fransisco dan hidup bersama adik dan iparnya. Selama disana, ia jatuh cinta kepada janda beranak 1 yang bernama Mandira (kajol). Mereka menikah dan memulai usaha salon.


Setelah peristiwa 9/11, Rizwan dan Mandira mulai menghadapi beberapa kesulitan. Dimulai dari sebuah tragedi meninggalnya anak mandira, mereka berpisah. Ingin kembali memenangkan hati istrinya, Rizwan melewati sejumlah petualangan diberbagai negara bagian di Amerika.
Secara sekilas film ini tidak seperti film-film india yang lain. Kalau film-film india biasanya mengedapankan nyanyian dan tarian, dalam film ini setidaknya hanya ada 2 adegan tarian dan nyanyian. Alur cerita film yang dipenuhi romantika kehidupan cinta dan perjuangan, seolah-olah bisa membius penonton film ini untuk ikut merasakan alur yang disajikan. Alur yang ada seolah-olah bisa mengaduk-aduk perasaan penonton yang berada di depan layar bioskop, TV, laptop dsb ketika menikmati film ini.
Namun, sebagai seorang muslim harap waspada dengan ‘pesan-pesan’ tersembunyi yang terkandung dalam film ini. Secara garis besar film ini amat kental sekali dengan pesan-pesan pluralisme agama. Dalam adegan saat khan kecil dinasehati oleh ibunya, bunyi nasehat tersebut,” remember one thing, in this world there are only two kind of people. people who does good things, and bad who does bad things, that's the only difference between human.nothing else”.
Dari kalimat yang diucapkan oleh ibunya rizwan, dapat diambil kesimpulan bahwa di dunia ini hanya ada 2 jenis manusia, yaitu manusia baik yang akan melakukan kebaikan dan manusia buruk yang akan melakukan keburukan. Tidak peduli apapun agamanya. Pertanyaannya, kebaikan dan keburukan yang dimaksud berdasarkan standard apa? Standard apakah yang dipakai ketika menilai bahwa ini adalah orang baik yang melakukan kebaikan dan ini adalah orang jahat yang melakukan keburukan. Dari penggalan “nasehat’ diatas jelas sekali bahwa tiada standard yang jelas dalam menilai perbedaan orang baik dan jahat. Selain itu ada upaya penyamaan agama dalam film ini, Hal ini akan tampak dalam Penggalan dialog antara rizwan dan ibunya berikut ini.
“tell me who is hindu and muslim among them??”tanya ibunya.
“They both look same..”,jawab rizwan kecil.
Ungkapan diatas adalah ungkapan yang menyamakan antara agama islam dan agama hindu. Seolah-olah “no difference betwen moslem and hinduism”. Dalam hal penyamaan agama, “moyangnya” orang india yaitu mahatma gandhi pernah mengatakan,”Setelah mempelajari lama dan saksama serta melalui pengalaman, saya sampai pada kesimpulan: 1. semua agama itu benar 2. semua agama memiliki beberapa kesalahan di dalamnya 3. semua agama itu bagi saya sama berharganya sebagaimana agama saya sendiri, hindu”. Menurut Gandhi, agama adalah ibarat jalan yang berbeda-beda, namun menuju titik yang sama.
Menurut fatwa MUI pluralisme didefinisikan sebagai suatu faham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif. Oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain adalah salah
.

Dalam adegan lain, yaitu saat rizwan besar hendak sholat di suatu masjid, namun dia mengurungkan niat mau sholat disebabkan mendengar ceramah dari salah seorang penceramah yang dia nilai salah karena tidak sesuai dengan ajaran islam yang damai. Padahal isi ceramahnya tentang pembelaan umat islam terhadap saudara-saudara muslim di palestina dan india yang sedang mengalami kedzaliman besar, ditindas oleh orang-orang kafir.
Ada ungkapan yang diucapkan oleh salah seorang artis dalam agedan tsb, ungkapan tsb berbunyi “God’a way is way of love”. Ungkapan ini sama persis dengan ungkapan Ketua theosofishe Vereeniging Hindia Belanda, D. Van Hinloopen Labberton, pada majalah Theosofi bulan Desember 1912,“kemajuan manusia itu dengan atau tidak dengan agama? Saya kira, bila beragama tanpa alasan dan bila beragama tidak dengan pengetahuan agama yang sejati, mustahil bisa maju batinnya. Tidak usah peduli agama apa yang dianutnya. Sebab, yang disebut agama itu sifatnya : cinta pada sesama, ringan memberi pertolongan, dan sopan budinya. Jadi, yang disebut agama yang sejati itu bukannya perkara lahir, tetapi perkara dalam hati, batin”. Sepintas, ajaran-ajaran itu tampak indah, padahal itu sebenarnya racun halus yang secara perlahan membentot keimanan seorang muslim. Seorang muslim yang menganut paham semacam ini akan tidak terlalu peduli tehadap konsep-konsep teologis agamanya sendiri, demi tujuan “persaudaraan” kemanusiaan. sebagai umat islam tentu harus menolak faham ini. jika semua agama dianggap sama, kenapa nabi muhammad berdakwah mengajak kaum kafir untuk memeluk islam. jika semua agama adalah sama, tentunya nabi Muhammmad tidak perlu susah-susah untuk mengajak kaum kafir masuk islam. Buya hamka menagatakan bahwa orang yang mengatakan bahwa semua agama itu sama dan benar, sebenarnya tidak beragama. logikanya, jika semua agama sama, buat apa ia beragama? faham ini sangat berbahaya dan menyesatkan. Dalam tatanan teologis, Islam memiliki konsep “ekslusif” dan tegas. Hanya islam yang benar, yang lain adalah salah, kafir dan sesat. Hanya islam jalan keselamatan, hanya islam yang bisa masuk surga. Hal ini sesuai dengan ayat Al-Qur’an (Ali-Imron : 19, Al-Imron:85, Al-bayyinah:6, Al-Maidah 72-73).
Film ini secara implisit menunjukkan bahwa islam itu hanya sebagai agama ritual saja. dalam adegan sholat di lapangannya rizwan hal itu akan tampak sekali pesan tsb. Seolah-seolah para penonton diberi pemahaman bahwa sebagai seorang muslim boleh menikah dengan orang non-muslim, selama tidak meninggalkan sholat. Padahal islam adalah agama yang sempurna, yang mencangkup seluruh aspek kehidupan, bukan hanya sebagai agama ritual saja, namun juga sebagai idologi, peradaban, sistem pemerintahan dsb. Wacana bahwa islam hanya sebagai agama ritual merupakan wacana untuk melemahkan islam. Hal ini pernah dikatakan oleh seorang orientalis terkemuka zaman penjajahan Belanda yaitu Snouck Hurgronye,”musuh kolonialisme bukanlah islam sebagai agama ritual. Sebab islam sebagai agama ritual hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan diri sendiri, sehingga tidak akan menghasilkan implikasi perjuangan politik seperti mengusir penjajah”.
Jika diamati isi film dengan judul “my name is khan, i’m not terorits”. Sekali lagi, secara halus film ini mencoba memasukkan definisi islam yang lain. Menurut film ini islam itu boleh nikah dengan agama lain, boleh berdo’a bersama dengan agama lain, yang penting perbuatan kita baik menurut manusia maka kita bisa melakukan apapun. Itulah islam yang damai dan benar menurut film ini.
Jika menolak pluralisme, menolak beda agama, menolak do’a bersama dengan agama lain bukan termasuk golongan umat islam, tetapi TERRORIST.
Hati-hati dan waspada dengan film “my name is khan, i’m not terrorist”. Film yang sarat dengan propaganda sekularisme, pluralisme, dan liberalisme. Sebuah mega proyek yang sedang dilancarkan secara sistematis oleh para musuh-musuh islam untuk merusak pemikiran umat islam. Jika pemikiran umat islam sudah rusak, maka umat islam akan mudah untuk dihancurkan.



Referensi:
Al-Qur’anul karim
www.cinema21.com
Husaini, Dr Adian. 2002.”Penyesatan opini : sebuah rekayasa mengubah citra”. Jakarta:Gema insani
Husaini, Dr Adian. 2005.”Pluralisme agama : HARAM”. Jakarta:Pustaka Al-Kautsar
Zarkasyi, Hamid Fahmi. 2007. “Liberalisasi Pemikiran Islam”. Ponorogo : CIOS
Jurnal ISLAMIA Vol.V no.2

Read more...

06/03/10

Andalusia, bukti islam pernah jaya

andalusia..pernah dengar kata itu? ya, andalusia merupakan salah satu bukti masa kejayaan dan keemasan peradaban islam di daerah eropa. Sebelum kedatangan umat Islam, daerah Iberia merupakan kerajaan Hispania yang dikuasai oleh orang Kristen Visigoth. Pada tahun 711 M, pasukan Umayyah yang sebagian besar merupakan bangsa Moor dari Afrika Barat Laut, menyerbu Hispania dipimpin jenderal Tariq bin Ziyad, dan dibawah perintah dari Kekhalifahan Umayyah di Damaskus.
Pasukan ini mendarat di Gibraltar pada 30 April, dan terus menuju utara. Setelah mengalahkan Raja Roderic dari Visigoth dalam Pertempuran Guadalete ( 711 M ), kekuasaan Islam terus berkembang hingga pada tahun 719 M. luas wilayahnya sekitar 700 ribu km2, meliputi sebagian besar wilayah spanyol sekarang, seluruh wilayah portugis, dan sebagian besar wilayah bagian selatan perancis. peradaban yang tumbuh di andalusia saat itu merupakan peradaban yang tinggi karena peradaban yang dibangun didasarkan atas sendi-sendi agama islam.


Sementara pada masa itu, barat yang notabene dihuni oleh orang-orang nasrani berada pada masa kegelapan. masa yang membuat mereka menjadi bangsa yang kalah dan terpinggirkan serta terlupakan.
Ustadz muhammad Al-Husaini Rakha mengatakan, “Andalusia pada masa pemerintahan bangsa arab menjadi markas seni dan industri, serat mercusuar ilmu pengetahuan. pada saat yang sama, negara-negara eropa tenggelam dalam lautan kebodohan. Orang-orang eropa aktif berinteraksi dengan orang-orang arab dan menimba ilmu dari mereka serta mengambil manfaat dari peradaban mereka. Para mahasiswa dari seluruh dari seluruh penjuru eropa berdatangan ke spanyol dan memanfaatkan perpustakaan-perpustakaan yang tersebar di sana-sini. Setelah masa belajarnya selesai, mereka pulang ke negaranya masing-masing untuk menyebarkan ilmu yang mereka pelajari dari orang-orang arab”
“Dan dia antara bukti kebesaran peradaban spanyol bahwa di Cordova saja terdapat lima puluh rumah sakit, sembilan ratus toilet, delapan ratus sekolah, enam ratus masjid, perpustakaan umum yang memuat enam ratus ribu buku dan tujuh puluh perpustakaan pribadi lainnya”
“Jika matahari telah terbenam, seluruh kota-kota besar eropa terlihat gelap gulita. di sisi lain, cordova terang-benderang disinari lampu-lampu umum. Eropa sangat kumuh sementara di kota cordova telah dibangun seribu WC umum. eropa sangat kotor sementara penduduk cordova sangat concern dengan kebersihan. Eropa tenggelam dalam lumpur sementara jala-jalan cordova telah mulus. Atap istana-istana eropa sudah pada bocor, sementara di istana-istana cordova dihiasi dengan perhiasan yang mewah. para tokoh eropa tidak bisa menulis namanya sendiri sementara anak-anak cordova sudah mulai masuk sekolah...”
Umat Islam di Spanyol telah mencapai kejayaan yang gemilang, banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks, terutama dalam hal kemajuan intelektual. Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian membawa dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks.

Read more...

12/02/10

Bukti kekejaman Zionis



Ingin melihat bukti kekejaman zionis lainnya??
klik www.islamway.com/gaza/gallery/?page=1

Read more...

valentine day dalam pandangan islam

A. ASAL USUL VALENTINE’S DAY
Bulan Pebruari dijadikan oleh Romawi sebagai bulan cinta (love) dan kesuburan. Dalam istilah Barat, Love (cinta) lebih menunjuk-kan hubungan seks. Sedangkan kasih sayang memiliki istilah sen-diri, yakni affection. Oleh karena itu arti sebenarnya making love adalah hubungan kelamin, bukan menja-lin kasih sayang.
Sejak dulu, bulan Pebruari sela-lu ditunggu-tunggu orang Romawi penyembah berhala untuk mencari pasangan baru secara resmi, walaupun setiap hari mereka juga terbiasa gonta-ganti pasangan. Perayaan seks mencapai puncaknya pada pertengahan bulan dalam sebuah pesta yang disebut Festival Lupercalia, dimana para perempuan muda memasrahkan tubuhnya pada para pemuda yang memilihnya dan harus melayani syahwat mereka tanpa syarat selama setahun penuh sampai datangnya bulan Pebruari lagi.


Berabad kemudian, Kristen yang ingin manancapkan pengaruhnya di Istana kerajaan Romawi, banyak mengadopsi simbol dan ajaran Paganisme (penyembah berhala) Romawi ke dalam ajaran gereja, sehingga Festival Luper-calia pun dimasukkan sebagai salah satu hari peringatan (memorial day) bagi gereja. Mitos Santo Valentinus pun dibuat untuk meyakinkan semua kalangan. Gereja mengganti istilah Lupercalian Festival dengan The valentine’s Day.
Dengan penulisan sejarah yang curang dan konspiratif oleh intelektual Barat yang disebarkan dengan kekuatan pedang dan uang, agar masya-rakat dunia meyakini bahwa Valentine’s Day merupakan hari yang sungguh penting, ber-sejarah dan harus dirayakan.
Agar penetrasi budaya penyembah berhala ini bisa diterima oleh banyak kalangan di dunia, terutama pada dunia Islam, maka istilah love yang di Barat sebenarnya bernuansa syahwat, dibelokkan penger-tiannya menjadi kasih sayang. Maka jadilah Valentine’s Day yang sebenarnya merupakan Hari Perayaan Hubungan Seks mengalami pengaburan dan pembelokan makna (enfimis-me) menjadi Hari Kasih Sa-yang. Padahal siapa pun orang dewasa akan mengetahui esensi (hakekat) perayaan tersebut yang banyak diakhiri dengan ritual making love (hubungan kela-min) dengan pasangan yang tidak sah (zinah).
a. Festival Lupercalia
Festival ini merupakan perayaan yang berlangsung pada tanggal 13 hingga 18 Pebruari, dimana pada tanggal 15 mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14) diper-sembahkan kepada Dewi Cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata.
Pada tanggal 13 pagi hari, pendeta tertinggi Pagan (penyembah berhala) Roma menghim-pun para pemuda dan pemudi untuk mendatangi kuil pemujaan. Mereka dipisah dalam dua barisan dan sama-sama menghadap altar utama. Semua nama perempuan muda ditulis dalam lembaran-lembaran kecil, setiap satu lembar tertulis satu nama. Lembaran tersebut dimasukkan ke kendi besar.
Setelah itu, pendeta mempersilahkan para pemuda satu per satu mengambil satu nama gadis yang berada pada kendi tersebut secara acak hingga wadah itu kosong. Gadis pemilik nama yang terambil, harus menjadi kekasih pemuda yang mengambil namanya dan berkewajiban melayani segala yang diinginkan oleh pemuda tersebut selama setahun hingga tiba Festival Lupercalia di tahun depan.
Tanpa ikatan pernikahan, mereka bebas berbuat apa saja. Dan malam pertama hari itu, malam menjelang 14 Pebruari hingga malam menjelang tanggal 15, di seluruh kota, para pasangan baru itu merayakan apa yang kini terlanjur disebut sebagai Hari kasih Sayang. Suatu istilah yang benar-benar keliru dan lebih tepat disebut dengan Making Love Day atau Malam Kemaksiatan.
Pada tanggal 15 Pebruari, setelah sehari penuh para pasangan baru itu mengumbar syahwatnya, mereka secara berpasangan kembali mendatangi kuil pemujaan untuk memanjatkan doa kepada Dewa Lupercalia agar dilindungi dari gangguan serigala dan roh jahat. Dalam upacara itu, pendeta pagan Roma membawa dua ekor kambing dan seekor anjing yang disembelih diatas altar untuk persembahan kepada Dewa Lupercalia, yang diikuti dengan ritual meminum anggur.
Setelah itu para pemuda mengambil selembar kulit kambing persembahan dan berlari di jalan-jalan kota diikuti oleh para gadis. Jalan-jalan kota Roma meriah oleh teriakan dan tawa-canda para muda-mudi. Para perem-puan berlomba-lomba mendapatkan sentuhan kulit terbanyak dan yang pria berlomba-lomba menyentuh gadis sebanyak-banyaknya.
Perempuan Romawi kuno di zaman itu sangat percaya bahwa kulit kambing yang dipersembahkan kepada Dewa Lupercalia atau Lupercus itu memiliki daya magis yang luar biasa, yang bisa membuat mereka bertambah subur, tambah muda dan cantik. Semakin banyak mereka menyentuh kulit kambing tersebut, mereka yakin akan bertambah cantik dan subur.
b. Mitos Santo Valentinus
Valentine’s Day berasal dari kisah dusta tentang seorang Santo (orang suci dalam pandangan Katolik) yang rela menyerahkan nyawanya demi cinta pada orang lain, yaitu Santo Valentinus. Namun pihak gereja sendiri hingga kini tidak menemukan kata sepakat siapa sesungguhnya Santo ini. Oleh karena itu, Gereja sebenarnya telah mengeluarkan surat larangan bagi pengikutnya agar tidak ikut-ikutan merayakan ritual yang tidak berdasar ini.
Menurut catatan Katolik, ada tiga santo (orang suci) yang bernama Valentinus dan semuanya martir (tewas) pada abad ketiga. Bagi orang Eropa, Pebruari merupakan bulan panjang untuk romantika.
Ada tiga versi mitos Valentinus:
1. Santo Valentinus adalah seorang Katolik yang dengan berani mengatakan di hadapan kaisar Claudius II yang berkuasa di Roma bahwa Yesus adalah satu-atunya Tuhan dan menolak menyembah para dewa dan dewi orang Romawi. Kaisar sangat marah dan menjebloskan Valentinus ke penjara. Orang-orang yang bersimpati kepadanya secara diam-diam menulis surat dukungan dan meletakkannya di depan jeruji penjara. Kisah ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan masalah cinta dan kasih sayang.
2. Valentine mungkin tewas dalam upaya menyelamatkan orang-orang Kristen yang melarikan diri dari penjara untuk menghin-dari penyiksaan dan pembantaian.
3. Valentinus adalah seorang pendeta yang melayani umat Kristen di Roma. Kaisar Roma, Claudius II, berkeyakinan bahwa Romawi akan tetap jaya jika memiliki tentara yang kuat dan tidak terkalahkan. Super tentara ini bisa terpenuhi oleh pemuda-pemuda yang masih suci, belum pernah menyentuh wanita.
Oleh karena karena itu kaisar melarang pemuda Roma untuk menjalin hubungan dengan wanita. Keputusan kaisar ini dianggap oleh Valentinus tidak adil. Dia menentang kaisar dan menikahkan pemuda-pemudi yang saling menyintai secara sembunyi. Ketika kegiatan Valentinnus ini terungkap, Claudius menjatuhi hukuman mati kepadanya.
Versi lain menyebutkan, Ketika Valentine meringkuk di penjara, ia jatuh cinta pada gadis anak penjaga penjara (sipir) yang selalu mengunjunginya hingga santo tersebut mati. Sebelum eksekusi hukuman mati, Santo Valentinus mengirim surat cinta pada gadis itu yang ditandatanganinya dengan nama “From your Valentine’s...” (dari kekasihmu Valentine).
Cerita ini menjadi salah satu mitos yang paling dikenang hingga tanggal 14 Pebruari 496 M, Paus Gelasius meresmikan hari itu sebagai hari untuk memperingati Santo Valentinus. Meskipun begitu, Paus Gelasius sendiri mengakui bahwa dirinya tidak mengetahui tentang santo tersebut. Ada yang mengatakan, Gelasius sengaja menetapkan hal ini untuk menandingi perayaan Festival Lupercalia.
Hari Valentine yang oleh Paus Gelasius II dimasukkan ke dalam kalender perayaan gereja, pada tahun 1969 dihapus dari kalender gereja, karena tidak diketahui asal-usulnya. Oleh karena itu gereja kemudian melarang Valentine’s Day dirayakan. Walaupun demikian, larangan ini tidak ampuh dan V-Day tetap saja dirayakan oleh banyak orang.
Sebagian besar menganggap, Valentine day merupakan budaya untuk mengenang kematian bapak gereja yang sudah dianggap meraih kesucian hidup (santo atau santa, disingkat St.), yakni St. Valentine atau St. Valentinus yang mati sekitar tahun 270 masehi.
B. MISI KRISTEN
Disamping dunia bisnis memanfaatkan moment Valentine day untuk meraup keuntungan besar, Kristen menjadikannya sebagai cara efektif untuk mengkristenkan generasi Islam melalui teori strategi marketing (pemasaran).
Dalam pemasaran ada tiga faktor yang memiliki nilai jual: Institutional selling value, Product selling value, dan Personal selling value.
1. Institutional selling value (nilai jual lembaga /perusahaan).
Suatu lembaga / perusahaan atau merk yang sudah memiliki nama baik (mapan) mempunyai nilai jual lebih tinggi, meskipun produk (barang) yang dipasarkan sebenarnya kualitasnya sama dengan produk merk lain. Seperti Aqua (air), Hewled Packard - IBM - Sony - Toshiba (computer) dan lain-lain.
Kristen sebagai nama (merk) agama tidak memiliki nilai jual (sulit diterima) oleh penduduk Indonesia yang beragama Islam. Sehingga sejak penjajah datang ke Indonesia hingga kini, jumlah pemeluk Kristen di negeri ini tidak bisa mencapai 10% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia.
2. Product selling value (nilai jual produk atau barang).
Konsumen berselera tinggi yang suka lukisan, tidak akan mau tahu apakah pelukis-nya sudah mandi atau masih belum mandi selama setahun, yang penting dia mendapat-kan lukisan yang bagus. Begitu pula kecap, yang tempat memproduksinya baunya menye-ngat hidung.
Produk atau ajaran Kristen seperti tuhan Yesus, Trinitas, dosa waris dan penebusan dosa tidak akan laku (tidak punya nilai jual) bila dipasarkan ke penduduk yang sudah beragama Islam.
3. Personal selling value (nilai jual person/figur)
Penampilan dan kepribadian seseorang - terutama yang sudah memiliki kharisma atau menjadi fublic figur - mudah mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu atau mem-beli barang yang dianjurkan olehnya.
Melalui poin ketiga inilah Kristen menjadi-kan St. Valentine sebagai idola dan public figur kasih sayang manusia. Ternyata banyak umat Islam — terutama para remajanya — dengan mudah menerima tokoh Kristen tersebut sebagai idolanya.
Jika kematian St. Valentine dijadikan sebagai hari kasih sayang, bisa jadi di 25 Desember nanti, umat Islam ikut-ikutan menjadikan hari kelahiran Yesus (Natal) sebagai hari kesela-matan manusia di dunia dan di akhirat, dan Yesus sebagai figur Juruselamatnya.
C. PENETRASI BUDAYA
Budaya yang biasanya didefinisikan seba-gai “hasil budi daya manusia” tampaknya netral dan tidak ada muatan nilai agamisnya. Tetapi kalau kita merujuk kata tersebut dari bahasa Inggrisnya, culture, yang tersusun dari dua kata cult (cara penyembahan) dan lore (adat atau kebiasaan), baru kita menyadari bahwa pada dasarnya setiap budaya merupakan kebiasaan cara melakukan penyembahan atau pengham-baan kepada Tuhan atau dewa.
Sebagai contoh budaya berpakaian. Sebe-lum Islam masuk Indonesia, pakaian wanita-wanita kita sangat minim yang hanya menutupi bagian diatas lutut dan di bawah pusar. Hingga kini di samping kiri jalan masuk kota Malang dari arah Surabaya, kita bisa menyaksikan patung Ken Dedes – selain dari atas lutut dan bawah pusar — masih tampak telanjang.
Kedatangan Islam yang mengajarkan kewajiban menutup aurat, telah merubah budaya berpakaian wanita Indonesia secara perlahan mulai dari berpakaian kemben yang menutupi tubuh mulai dari dada hingga kaki, sampai kemudian muncul budaya berjilbab.
Di Eropa masa lalu, mandi dianggap kebia-saan orang miskin sebagai usaha member-sihkan tubuhnya dari kotoran. Setelah Kristen lahir dan merambah benua itu, semakin hari penduduknya yang buta huruf bertambah jumlahnya, hingga jatuh dalam masa kege-lapan Eropa. Melalui kerajaan dinasti Muawiyah di Andalusia (Spanyol), Islam memperkenalkan budaya membaca – terutama kewajiban membaca Al-Qur’an – dan ilmu pengetahuan pada Eropa, juga membudayakan kewajiban mandi minimal satu jum’at sekali.
Dari sinilah Eropa berangsung-angsur menapaki jalan pencerahan, sehingga kosa-kata dari Arab yang bernuansa peradaban diserap kedalam bahasa-bahasa Eropa. Sebagai contoh yang diserap oleh bahasa Spanyol: Alcoba - kamar tidur (dr al-qubba - kubah), alacena – lemari (dr al khizana), almohada – bantal (dr al mukhada), dll; Yang diserap oleh bahasa Potugis: alcatifa – selimut (dr al qatifa), alfandega – rumah penginapan / hotel (dr al funduq), safra – panen (dr isfarra), dll; Yang diserap oleh Inggris: cable – kabel (dr hablun), sugar – gula (dr sukar), algebra – aljabar - matematika (dr al jabr – Ibn Jabir – nama ulama pakar matematika), alchemy – chemical – kimia (dr al kamiyah – hitungan), algoritm – algoritma – matematika (dr Al Khawarizm – nama ulama astronom muslim dan bapak matematika modern), dll.
Budaya Islam telah mencerahkan Eropa, dan pada akhirnya dunia pun meraih kemajuan peradaban karena kontribusi Islam.
Jika perayaan Valentine’s Day yang mem-figurkan dan mengidolakan Santo Valentinus sudah menjadi kebiasaan umat Islam, maka budaya Islam tercemari oleh budaya Kristiani, yang justru pihak Kristen sekarang melarang perayaan tersebut karena dianggap merusak moral manusia.
D. SIKAP ISLAM TERHADAP VALENTINE’S DAY
1. Allah mengingatkan kita agar tidak terpesona rayuan dan tipu daya iblis yang senantiasa menampakkan begitu indahnya perbuatan-perbuatan nista manusia, pada-hal perbuat-an itu sebenarnya amat menjijikkan:
“Iblis berkata: “Ya Tuhanku, karena Engkau Telah memutuskan bahwa Aku sesat, pasti Aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti Aku akan menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis (ikhlas beribadah) di antara mereka.” (Q.s. al-Hijr : 39-40)
2. Allah melarang kita mendekati zinah, apalagi melakukan perzinahan.
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (Q.s. al-Isra’ : 32)
3. Allah melarang kita mudah terpengaruh oleh perilaku kebanyakan orang, tanpa menge-tahui dasar mereka untuk melakukan perbu-atan tersebut:
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (Q.s. 6 al An’am 116)
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentang-nya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertang-gungan jawabnya.” (Q.s. 17 al Isra’ 36)
4.Rasulullah saw. memperingatkan kita agar tidak terseret pada budaya Yahudi dan Kristen, maupun budaya penyembah berhala lainnya.

أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ

“Abu Said ra. menyampaikan bahwa Nabi saw. bersabda: “Sungguh kamu akan mengi-kuti perilaku (budaya) orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, selangkah demi selangkah. Hingga meskipun mereka masuk lubang biawak, kamu pun mengikuti-nya.” (HR. Bukhari no. 3197)
(Masyhud SM)

Read more...

24/12/09

Ham dan Kebebasan

Masih ingat Lia Eden? Perempuan ini mendakwahkan dirinya sebagai Jibril Ruhul Kudus. Lia, yang mengaku mendapat wahyu dari Allah, pada 25 November 2007, berkirim surat kepada sejumlah pejabat negara. Kepada Ketua Mahkamah Agung RI, Bagir Manan, Lia berkirim surat yang bernada amarah. ”Akulah Malaikat Jibril sendiri yang akan mencabut nyawamu. Atas Penunjukan Tuhan, kekuatan Kerajaan Tuhan dan kewenangan Mahkamah Agung Tuhan berada di tanganku,” tulis Lia dalam surat berkop ”God’s Kingdom: Tahta Suci Kerajaan Eden”. Jadi, mungkin baru ada di Indonesia, ”Malaikat Jibril” berkirim surat dan ”ganti tugas” sebagai ”pencabut nyawa.”


Saat ditanya tentang status aliran semacam ini, MUI dengan tegas menyatakan, ”Itu sesat.” Mengaku dan menyebarkan ajaran yang menyatakan bahwa seseorang telah mendapat wahyu dari Malaikat Jibril, apalagi menjadi jelmaan Jibril adalah tindakan munkar yang wajib dicegah dan ditanggulangi. (Kata Nabi saw: ”Barangsiapa diantara kamu yang melihat kemunkaran, maka ubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, ubah dengan lisan. Jika tidak mampu, dengan hati. Dan itulah selemah-lemah iman”).

Tapi, gara-gara menjalankan tugas kenabian, mengeluarkan fatwa sesat terhadap kelompok Lia Eden, Ahmadiyah, dan sejenisnya, MUI dihujani cacian. Ada yang bilang MUI tolol. Sebuah jurnal keagamaan yang terbit di satu kampus Islam di Semarang menurunkan laporan utama: ”Majelis Ulama Indonesia Bukan Wakil Tuhan.” Ada praktisi hukum angkat bicara di sini, ”MUI bisa dijerat KUHP Provokator.” Sejumlah kelompok juga datang ke Komnas HAM meminta pembubaran MUI.

Dasar mereka untuk menghujat MUI adalah HAM dan kebebasan. Bagi kaum liberal, pasal-pasal dalam HAM dipandang sebagai hal yang suci dan harus diimani dan diaplikasikan. Dalam soal kebebasan beragama, mereka biasanya mengacu pada pasal 18 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), yang menyatakan: ”Setiap orang mempunyai hak kebebasan berpendapat, keyakinan dan agama; hak ini termasuk kebebasan untuk mengubah agamanya atau keyakinan, dan kebebasan baik sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan yang lain dan dalam ruang publik atau privat untuk memanifestasikan agama dan keyakinannya dalam menghargai, memperingati, mempraktekkan dan mengajarkan.”

Deklarasi ini sudah ditetapkan sejak tahun 1948. Para pendiri negara Indonesia juga paham akan hal ini. Tetapi, sangatlah naif jika pasal itu kemudian dijadikan dasar pijakan untuk membebaskan seseorang/sekelompok orang membuat tafsir agama tertentu seenaknya sendiri. Khususnya Islam. Sebab, Islam adalah agama wahyu (revealed religion) yang telah sempurna sejak awal (QS 5:3). Umat Islam bersepakat dalam banyak hal, termasuk dalam soal kenabian Muhammad saw sebagai nabi terakhir. Karena itu, setiap aliran yang mengaku mempunyai nabi baru setelah Nabi Muhamamd saw, pasti dinyatakan sesat oleh kaum Muslim. Sehebat apa pun seorang Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, radhiyallahu ’anhum, mereka tidak terpikir sama sekali untuk mengaku menerima wahyu dari Allah. Bahkan, Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq telah bertindak tegas terhadap para nabi palsu dan para pengikutnya.

Kebebasan beragama memang diakui oleh Islam. Tetapi, bukan berarti orang bebas sekehendak hatinya untuk merusak agama. Kebebasan beragama tidak berarti orang boleh berbuat apa saja dengan mengatasnamakan kebebasan, tanpa mempedulikan hukum. Pada 2009 ini, umat Islam di Swiss pun dilarang untuk membangun menara masjid. Dasarnya, sebuah referendum masyarakat. Kebebasan memang ada batasnya. Hak tidak bisa diaplikasikan begitu saja. Apalagi, bagi kaum Muslim. Hak dan kebebasan dibatasi oleh aturan-aturan Allah (syariat).

Membonceng HAM
Atas nama kebebasan dan HAM, sekelompok mahasiswa Fakultas Syariah di Semarang menyatakan dukungannya terhadap legalisasi perkawinan homoseksual dan lesbian di Indonesia. Tahun 2004, mereka menerbitkan sebuah Jurnal dengan judul sampul yang sangat provokatif : Indahnya Kawin Sesama Jenis. ‘’Hanya orang primitif saja yang melihat perkawinan sejenis sebagai sesuatu yang abnormal dan berbahaya. Bagi kami, tiada alasan kuat bagi siapapun dengan dalih apapun, untuk melarang perkawinan sejenis. Sebab, Tuhan pun sudah maklum, bahwa proyeknya menciptakan manusia sudah berhasil bahkan kebablasan,” tulis pengantar redaksi Jurnal ini.
Judul sampul yang sama mereka pakai untuk judul sebuah buku : Indahnya Kawin Sesama Jenis: Demokratisasi dan Perlindungan Hak-hak Kaum Homoseksual, (Semarang:Lembaga Studi Sosial dan Agama/eLSA, 2005). Buku ini secara terang-terangan mendukung, dan mengajak masyarakat untuk mengakui dan mendukung legalisisasi perkawinan homoseksual. Bahkan, dalam buku ini ditulis strategi gerakan yang harus dilakukan untuk melegalkan perkawinan homoseksual di Indonesia. Diantaranya : (1) mengorganisir kaum homoseksual untuk bersatu dan berjuang merebut hak-haknya yang telah dirampas oleh negara, (2) melakukan kritik dan reaktualisasi tafsir keagamaan (tafsir kisah Luth dan konsep pernikahan) yang tidak memihak kaum homoseksual, (3) menyuarakan perubahan UU Perkawinan No 1/1974 yang mendefinisikan perkawinan harus antara laki-laki dan wanita.” Buku ini diakhiri dengan sebuah Catatan Penutup: ”Homoseksualitas dan Pernikahan Gay: Suara dari IAIN.”

Pada 11 November 2009, di satu kampus Islam di Surabaya, digelar satu seminar bertajuk “Nikah Yes, Gay Yes!” Seminar dihadiri ratusan mahasiswa. Seorang pembicara disitu mengungkapkan, bahwa kaum Luth diazab bukan karena kasus homoseks, tetapi karena menghilangkan eksistensi Nabi Luth. Pendapat semacam ini juga lazim dikemukakan kaum homoseks di lingkungan Kristen. Tapi, pendapat semacam ini pun telah banyak menuai kecaman keras dari para tokoh Kristen.

Beberapa tahun belakangan ini, dengan membonceng isu HAM dan kebebasan, kaum liberal di Indonesia memang sangat gencar mensosialisasikan legalisasi perkawinan homoseksual. Jurnal Perempuan edisi Maret 2008 menurunkan edisi khusus tentang seksualitas lesbian. Seorang profesor yang juga dosen di UIN Jakarta ditampilkan wawancaranya dengan judul: ”Allah hanya Melihat Taqwa, bukan Orientasi Seksual Manusia”.

Menurut sang Profesor, definisi perkawinan adalah: ”Akad yang sangat kuat (mitsaaqan ghaliidzan) yang dilakukan secara sadar oleh dua orang untuk membentuk keluarga yang pelaksanaannya didasarkan pada kerelaan dan kesepakatan kedua belah pihak.” Tapi, makna pasangan, bagi profesor itu, boleh juga pasangan sesama jenis. Kata dia: ”Bahkan, menarik sekali membaca ayat-ayat Al-Qur’an soal hidup berpasangan (Ar-Rum, 21; Az-Zariyat 49 dan Yasin 36) di sana tidak dijelaskan soal jenis kelamin biologis, yang ada hanyalah soal gender (jenis kelamin sosial). Artinya, berpasangan itu tidak mesti dalam konteks hetero, melainkan bisa homo, dan bisa lesbian. Maha Suci Allah yang menciptakan manusia dengan orientasi seksual yang beragam.”

Sang profesor geram, sebab, ungkapnya lebih jauh: ”Dalam hal orientasi seksual misalnya, hanya ada satu pilihan, heteroseksual. Homoseksual, lesbian, biseksual dan orientasi seksual lainnya dinilai menyimpang dan distigma sebagai dosa. Perkawinan pun hanya dibangun untuk pasangan lawan jenis, tidak ada koridor bagi pasangan sejenis. Perkawinan lawan jenis meski penuh diwarnai kekerasan, eksploitasi, dan kemunafikan lebih dihargai ketimbang perkawinan sejenis walaupun penuh dilimpahi cinta, kasih sayang dan kebahagiaan.” Sebab, bagi sang profesor: ”Esensi ajaran agama adalah memanusiakan manusia, menghormati manusia dan memuliakannya. Tidak peduli apa pun ras, suku, warna kulit, jenis kelamin, status sosial dan orientasi seksualnya. Bahkan, tidak peduli apa pun agamanya.”

Sebagai sebuah negeri Muslim terbesar di dunia, umat Islam Indonesia kini menjadi sasaran paham dan gerakan liberalisasi secara besar-besaran. Pada 6-9 November 2006, berkumpullah 29 pakar HAM terkemuka yang berasal dari 25 negara. Mereka berhasil merumuskan ”The Yogyakarta Principles”, yang kemudian diundangkan secara internasional di muka sidang Human Rights Council’s PBB di Genewa, 26 Maret 2007. Bagi para pejuang legalisasi homoseksual, prinsip-prinsip Yogyakarta ini dianggap sebagai tonggak sejarah (milestone) perlindungan hak-hak bagi lesbian, gay, biseksual dan transgender.

Maka, jangan heran jika dengan membonceng isu HAM dan kebebasan, berbagai pemikiran dan gerakan yang destruktif terhadap Islam dan kaum Muslim, kini sengaja diluncurkan ke tengah masyarakat. Tentu saja, karena penegakan HAM telah menjadi program resmi dari pemerintah RI, maka umat Islam dan para pejabat Muslim perlu lebih berhati-hati dalam memilih dan memilah, mana ajaran-ajaran dan pemikiran yang merusak dan mana yang baik.

Lupakan Tuhan!
Meskipun tidak dinyatakan sebagai sebuah negara Islam, tetapi Indonesia adalah negara dengan mayoritas pemeluk Islam. Keberadaan dan kehormatan agama Islam dijamin oleh negara. Sejak lama pendiri negara ini paham akan hal ini. Bahkan, KUHP pun masih memuat pasal-pasal tentang penodaan agama. UU No 1/PNPS/1965 yang sebelumnya merupakan Penpres No 1/1965 juga ditetapkan untuk menjaga agama-agama yang diakui di Indonesia.
Bangsa mana pun paham, bahwa kebebasan dalam hal apa pun tidak dapat diterapkan tanpa batas. Ada peraturan yang harus ditaati dalam menjalankan kebebasan. Seorang pengendara motor tidak bisa berkata kepada polisi,, ”Bapak melanggar HAM, karena memaksa saya mengenakan helm. Soal kepala saya mau pecah atau tidak, itu urusan saya. Yang penting saya tidak mengganggu orang lain.”

Kaum Muslim yang masih memegang teguh aqidahnya, pasti akan marah membaca novel The Stanic Verses-nya Salman Rushdie. Novel ini sangat biadab; menggambarkan sebuah komplek pelacuran di zaman jahiliyah yang dihuni para pelacur yang diberi nama istri-istri Nabi Muhammad saw. Bagi Islam, ini suatu penghinaan. Bagi kaum liberal, itu dianggap kebebasan berekspresi, sehingga Salman Rushdie pun diberi penghargaan. Bagi kaum Muslim, kebebasan berekspresi dibatasi oleh aturan-aturan Allah.

Bagi kaum liberal, kebebasan berekspresi hanya dibatasi oleh ”rasa seni” dan kondisi sosial. Selama itu dianggap seni dan menampilkan ”keindahan”, maka itu dianggap boleh-boleh saja. Bahkan, dengan lantangnya, ada yang berani menantang: ”Tidak ada yang berhak mengatur tubuhku. Hanya aku yang berhak mengatur, karena ini tubuh-tubuhku sendiri!” Bagi manusia semacam ini, keberadaan aturan-aturan Tuhan dianggap menganggu kebebasannya. Bahkan, aturan Tuhan direkayasa, diubah-ubah, ditafsir ulang, agar cocok dengan hawa nafsunya.
Maka, supaya kebebasan hidupnya tidak terganggu, mereka mengajak agar manusia melupakan Tuhan. Buang Tuhan dari kehidupan, supaya manusia meraih kebebasan yang sempurna. Persis seperti apa yang dideklarasikan oleh filosof Perancis, Jean-Paul Sartre (1905-1980): ”even if God existed, it will still necessary to reject Him, since the idea of God negates our freedom.” (seperti dikutip Karen Armstrong dalam bukunya, History of God, 1993).
Padahal, al-Quran justru menegaskan sebaliknya: ”Ingatlah, dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang!” Dan siapa yang mengikuti petunjuk Allah, dijamin akan hidup bahagia di dunia dan akhirat. (***)

Read more...

13/12/09

Terorisme, Perang Melawan Siapa?

Istilah terorisme telah mengglobal dan dibicarakan oleh hampir seluruh kalangan. Bahkan istilah atau kata terorisme telah dipergunakan oleh Amerika sebagai instrumen kebijakan standar untuk memukul atau menindas lawan-lawannya dari kalangan Islam. Perang melawan terorisme telah menjadi teror baru bagi masyarakat, khususnya kaum Muslimin yang berdakwah dan bercita-cita menjalankan syariat secara kaaffah. Lalu apakah pengertian sebenarnya dari istilah terorisme ini? Siapakah teroris yang sebenarnya?


Definisi Terorisme

Masalah pertama dan utama dalam perdebatan seputar "terorisme" adalah masalah definisi. Tidak ada satu definisi pun yang disepakati oleh semua pihak. Terorisme akhirnya menjadi istilah multitafsir, setiap pihak memahaminya menurut definisi masing-masing, dan sebagai akibatnya aksi dan respon terhadap terorisme pun beragam.

Sebenarnya, istilah terorisme bukan suatu hal yang kompleks, bahkan secara bahasa istilah ini tidak mampu memberikan arti secara menyeluruh. Lalu kenapa orang lambat sekali dalam menempatkan definisi istilah ini?

Dari fakta yang ada, terdapat sebuah kedengkian di balik semua ini, karenanya dibutuhkan definisi yang menyeluruh termasuk variasi komponen-komponennya dan batasan-batasan yang diperlukan dari aspek yang berlawanan dengan komponen tersebut. Dalam fikiran banyak orang sekarang ini justru membutuhkan banyak kalangan untuk mendefinisikan istilah ini supaya tidak menjatuhkan hukuman pada orang yang tidak bersalah atas sejumlah tindak kejahatan dan sejumlah kebenaran yang disimpangkan.

Terorisme menurut Badan Intelijen Pertahanan Amerika Serikat adalah “Tindak kekerasan apapun atau tindakan paksaan oleh seseorang untuk tujuan apapun selain apa yang diperbolehkan dalam hukum perang yang meliputi penculikan, pembunuhan, peledakan pesawat, pembajakan pesawat, pelemparan bom ke pasar, toko, dan tempat-tempat hiburan atau yang sejenisnya, tanpa menghiraukan apa pun motivasi mereka.”

Oxford’s Advanced Learner’s Dictionary, 1995 mendefinisikan Terorisme adalah Penggunaan tindak kekerasan untuk tujuan politis atau untuk memaksa sebuah pemerintahan untuk melakukan sesuatu (yang mereka tuntut), khususnya untuk menciptakan ketakutan dalam sebuah masyarakat.

Badan intelejen Amerika CIA mendefinisikan Terorisme Internasional sebagai terorisme yang dilakukan dengan dukungan suatu pemerintahan atau organisasi asing dan atau diarahkan untuk melawan nasional, institusi, atau pemerintahan asing.

Dalam Oxford Dictionary disebutkan : Terrorist : noun person using esp organized violence to secure political ends. (perorangan tertentu yang mempergunakan kekerasan yang terorganisir dalam rangka meraih tujuan politis).

Dalam Encarta Dictionary disebutkan : Terrorism : Violence or the threat of violence carried out for political purposes. (Kekerasan atau ancaman kekerasan yang dilakukan demi tujuan politis).

Terrorist : Somebody using violence for political purposes : somebody who uses violence or the threat of violence, especially bombing, kidnapping, and assassanition, to intimidate, often for political purposes. (Seseorang yang menggunakan kekerasan untuk tujuan politis: seseorang yang menggunakan kekerasan, atau ancaman kekerasan, terkhusus lagi pengeboman, penculikan dan pembunuhan, biasanya untuk tujuan politis).

Dr. F. Budi Hardiman dalam artikel berjudul "Terorisme: Paradigma dan Definisi" menulis: "Teror adalah fenomena yang cukup tua dalam sejarah. Menakut-nakuti, mengancam, memberi kejutan, kekerasan, atau mem­bunuh dengan maksud menyebarkan rasa takut adalah taktik-taktik yang sudah melekat dalam perjuangan kekua­saan, jauh sebelum hal-hal itu dinamai “teror” atau “terorisme”.

Istilah “terorisme” sendiri pada 1970-an dikenakan pada beragam fenomena: dari bom yang meletus di tempat-tempat publik sampai dengan kemiskinan dan kelaparan. Beberapa pemerintah bahkan menstigma musuh-musuhnya sebagai “teroris” dan aksi-aksi mereka disebut “terorisme”. Istilah “terorisme” jelas berko­notasi peyoratif, seperti juga istilah “genosida” atau “tirani”. Karena itu istilah ini juga rentan dipolitisasi. Kekaburan definisi membuka peluang penyalahgunaan. Namun pendefinisian juga tak lepas dari keputusan politis."

Mengutip dari Juliet Lodge dalam The Threat of Terrorism (Westview Press, Colorado, 1988), “teror” itu sendiri sesungguhnya merupakan pengalaman subjektif, karena setiap orang memiliki “ambang ketakutannya” masing-masing. Ada orang yang bertahan, meski lama dianiaya. Ada yang cepat panik hanya karena ketidaktahuan. Di dalam dimensi subjektif inilah terdapat peluang untuk “kesewenangan” stigmatisasi atas pelaku terorisme.

Amerika Memanfaatkan Terorisme Untuk Melawan Islam

Noam Chomsky, ahli linguistik terkemuka dari Massachussetts Institute of Technology, AS, telah menyebutkan kebijakan Amerika dan Barat terhadap Dunia Islam dengan isu "terorisme" ini sudah begitu kuat terasa sejak awal 1990–an. Tahun 1991, ia menulis buku "Pirates and Emperor: International Terrorism in The Real World."
Dalam artikelnya yang dimuat oleh harian The Jakarta Post (3 Agustus 1993), dan dimuat ulang terjemahannya oleh harian Republika dengan judul "Amerika Memanfaatkan Terorisme Sebagai Instrumen Kebijakan", ia menulis bahwa Amerika memanfaatkan terorisme sebagai instrumen kebijakan standar untuk memukul atau menindas lawan-lawannya dari kalangan Islam.

Jadi, kebijakan Amerika dan Barat untuk memerangi dunia Islam dengan menggunakan isu "perang melawan terorisme internasional" sudah digulirkan sejak awal 1990-an, jauh sebelum kemunculan Taliban, apalagi Al-Qaeda, tragedi WTC maupun berbagai pemboman di sejumlah kawasan di dunia Islam.

Demikianlah, perang melawan terorisme yang digalang oleh Amerika, Barat dan antek-anteknya, sejatinya adalah perang malawan Islam dan kaum Muslimin. Targetnya adalah umat Islam, sampai kepada titik mengganti kurikulum pendidikan agama agar sesuai dengan nilai-nilai dan keinginan Barat. Upaya apapun untuk mengkaburkan hakekat ini, justru kontra produktif dan menguntungkan mereka-mereka yang membenci Islam.

Bagaimana Dengan Islam ?

Dalam Islam, istilah terorisme sendiri tidak pernah dikenal. Jikapun dicari padanan kata terorisme, maka yang dikenal adalah istilah Al Irhab, yang menurut Imam Ibnu Manzhur dalam ensiklopedi bahasanya mengatakan: Rohiba-Yarhabu-Rohbatan wa Ruhban wa Rohaban : Khoofa (takut). Rohiba al-Syai-a Rohban wa Rohbatan : Khoofahu (takut kepadanya).

Bisa difahami bahwa kata Al-Irhab (teror) berarti (menimbulkan) rasa takut. Irhabi (teroris) artinya orang yang membuat orang lain ketakutan, orang yang menakut-nakuti orang lain. Dus, setiap orang yang membuat orang yang ia inginkan berada dalam keadaan ketakutan adalah seorang teroris. Ia telah meneror mereka, dan sifat "teror" melekat pada dirinya, baik ia disebut sebagai seorang teroris maupun tidak; baik ia mengakui dirinya seorang teroris maupun tidak.

Dalam Islam, tidak diperbolehkan untuk melanggar kesucian kehidupan seseorang, baik secara lisan, fisik, maupun finansial, tanpa ijin atau hak dari Sang Pencipta, Allah SWT. Setiap Muslim memiliki kesucian jiwa, harta, dan kehormatan, sebagaimana Sabda Rasulullah SAW :

“Barangsiapa membantu orang untuk membunuh kaum Muslimin bahkan dengan sebuah ucapan atau kurma, maka dia kafir.”

Kalau demikian adanya, maka apa namanya ketika tentara Amerika datang dari jauh ke Irak untuk membunuh dan menawan kaum Muslimin, seraya mengklaim bahwa mereka memerangi teroris, yang diartikan (menurut) mereka dengan menghancurkan masjid-masjid, menawan para Muslimah, menginjak-injak Al-Qur’an sebagaimana mereka melakukannya juga di negeri-negeri kaum Muslimin lainnya ? Tindakan inilah yang merupakan akar permasalahan terorisme yang hingga saat ini terus berlanjut.

Amerika, The Real Terrorist

Ungkapan di atas adalah fakta yang tidak terbantahkan. Terlalu banyak dan panjang catatan peristiwa sejarah Amerika yang dapat membuktikan bahwa Amerika adalah teroris sejati. Amerika dengan dukungan sekutunya NATO, berhasil menekan PBB untuk mengembargo Irak, pasca Perang Teluk Kedua (1991). Kaum Muslimin menjadi korban, tidak kurang 1,5 juta orang meninggal. Belum lagi mereka yang cacat dibombardir tentara Multinasional dalam Perang Teluk Kedua ini.
Setelah lebih dari 12 tahun embargo, tahun 2003 Amerika dengan sekutu-sekutunya menginvasi Irak, menggulingkan pemerintahan, dan membentuk pemerintahan boneka. Dalam aksinya ini, Amerika telah membunuh ribuan kaum Muslimin, baik anak-anak, orang tua, maupun wanita. Semuanya demi kepentingan Amerika dan sekutunya. Apakah aksi-aksi brutal ini bukan sebuah bentuk teror, bahkan puncak dari teror ? Dus, Amerika dan sekutunya adalah teroris bahkan teroris sejati? Sayangnya media massa menyebut warga Irak yang mempertahankan negaranya dari agresi Amerika itulah yang teroris, fundamentalis, ataupun pemberontak.

Contoh serupa terjadi di negeri-negeri kaum Muslimin lainnya, seperti Afghanistan, dan Pakistan. Bahkan contoh kasus negeri Muslim Palestina yang dijajah sejak tahun 1948 oleh Israel atas restu Amerika dan sekutunya, lebih menunjukkan lagi bahwa Amerika benar-benar teroris sejati. Serangkaian teror yang dilakukan agresor Israel atas kaum Muslimin Palestina tidak pernah mendapatkan sanksi. Tentu saja karena Israel dibesarkan dan dibela oleh Amerika. Setiap tahun, Amerika memberikan bantuan ekonomi kepada Israel tak kurang dari 3 miliar dolar USA. Ini belum terhitung bantuan militer yang dipergunakan untuk melakukan politik terornya kepada bangsa muslim Palestina yang tak bersenjata.

Jadi, semuanya sangat tergantung kepada definisi teror dan terorisme yang saat ini didominasi oleh definisi yang dibuat Amerika dan sekutu-sekutunya. Seandainya mereka membuat definisi standar "teror dan terorisme" yang dapat diterima semua pihak, mereka (Amerika) adalah pihak pertama dan teratas yang menempati daftar teror dan terorisme.

Jika definisi teror adalah membunuh rakyat sipil yang tak berdosa; anak-anak, wanita dan orang tua, maka mereka adalah teroris paling pertama, teratas dan terjahat yang dikenal oleh sejarah umat manusia. Mereka telah membantai jutaan rakyat sipil tak berdosa di seluruh dunia; Jepang, Vietnam, Afghanistan, Iraq, Palestina, Chechnya, Indonesia dan banyak negara lainnya.

Jika definisi teror adalah membom tempat-tempat dan kepentingan-kepentingan umum, mereka adalah pihak yang pertama, teratas dan terjahat yang mengajarkan, memulai dan menekuni hal itu.

Jika definisi teror adalah menebarkan ketakutan demi meraih kepentingan politik, maka merekalah yang pertama, teratas dan terjahat yang melakukan hal itu di seluruh penjuru dunia.

Jika definisi teror adalah pembunuhan misterius terhadap lawan politik, maka mereka adalah pihak pertama, teratas dan terjahat yang melakukan hal itu.

Jika definisi mendukung teroris adalah membiayai, melatih dan memberi perlindungan kepada para pelaku kejahatan, maka mereka adalah pihak yang pertama, teratas dan terjahat yang melakukan hal itu. Mereka bisa berada di balik berbagai kudeta di seluruh penjuru dunia. Aliansi Utara di Afghanistan, John Garang di Sudan, Israel di bumi Islam Palestina, Serbia dan Kroasia di bekas negara Yugoslavia, dan banyak contoh lainnya merupakan bukti konkrit tak terbantahkan bahwa The Real Terrorist adalah Amerika dan sekutu-sekutunya!

Terorisme, Perang Melawan Siapa?

Kini menjadi jelas siapa sebenarnya teroris sejati. Amerika bersama sekutunya telah melakukan teror kepada Islam dan kaum Muslimin sejak lama, diketahui bahkan direstui oleh dunia internasional. Ini sungguh tidak adil. Dunia diam saja dengan jumlah korban yang mencapai ratusan ribu dari umat Islam, namun berteriak-teriak lantang dan dipublikasikan luas jika dari pihak Amerika dan sekutunya yang terbunuh.

Sekilas realita teror dan terorisme ini cukup memberi contoh bentuk teror yang hari ini wujud di pentas dunia. Perang terhadap terorisme yang dikampanyekan oleh dunia internasional hari ini, di bawah arahan Amerika, tanpa memberi definisi dan batasan yang jelas terhadap "teror dan terorisme" telah menjadi alat efektif kekuatan pembenci Islam, untuk memerangi Islam dan kaum Muslimin. Melalui kampanye media massa dan elektronik internasional, "teror dan terorisme" telah didistorsikan dan dikaburkan sedemikian rupa; definisi, batasan, substansi, tujuan dan bentuk kongkritnya.

Adapun jika definisi teror dan terorisme distandarisasi, maka mereka yang akan menjadi pihak yang paling pertama, teratas dan terjahat yang terkena definisi tersebut. Oleh karenanya, mereka enggan memberikan definisi teror dan terosrime. Satu-satunya hal yang bisa dipahami seluruh umat manusia di dunia saat ini, bahwa "teror dan terorisme" versi hukum internasional (PBB yang mewakili kepentingan Amerika dan negara-negara adidaya lainnya) adalah Islam dan umat Islam, terutama umat Islam yang ingin hidup di dunia ini dengan merdeka penuh, bertauhid dan membela orang bertauhid, serta ingin menjalankan Islam secara kaafah.

Wallahu’alam bis Showab!.

By: M. Fachry
Arrahmah.Com International Jihad Analys

Read more...

05/12/09

pembagian grup PIALA DUNIA 2010 Afrika Selatan

Grup A: Afrika Selatan, Meksiko, Uruguay, Prancis
Grup B: Argentina, Korea Selatan, Nigeria, Yunani
Grup C: Inggris, AS, Aljazair, Slovenia
Grup D: Jerman, Australia, Ghana, Serbia
Grup E: Belanda, Jepang, Kamerun, Denmark
Grup F: Italia, Selandia Baru, Paraguay, Slovakia
Grup G: Brasil, Korea Utara, Pantai Gading, Portugal
Grup H: Spanyol, Honduras, Chili, Swiss

Read more...

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP